Ada 3 resiko yang paling ditakutkan orang ketika mereka akan melakukan
investasi, yaitu :
Untuk
mengurangi resiko, cara termudah adalah berinvestasi di berbagai sarana
investasi. Cara ini disebut dengan membuat portofolio investasi. Tujuan dari
cara ini adalah mengurangi kerugian investasi yang mungkin timbul dari suatu
sarana investasi dengan menutupnya menggunakan keuntungan yang diperoleh dari
sarana investasi yang lain. Misalnya berinvestasi pada reksa dana dan pada
tabungan. Jika keduanya memberikan keuntungan maka investor tidak akan
menderita kerugian.
Tetapi
bagaimana jika salah satunya mengalami kerugian, misalnya nilai reksa dana
turun atau bank dilikuidasi? Dengan adanya portofolio ini maka diharapkan
kerugian salah satu investasi dapat dikurangi oleh keuntungan dari investasi
lain. Kalau dua-duanya rugi, berarti itu cobaan jika investor menggunakan
investasi secara syariah dan mungkin peringatan atau bahkan azab jika investasi
tersebut tidak sesuai syariah.
Jadi
inti mengurangi resiko investasi adalah portofolio : "jangan meletakkan
banyak telur dalam satu keranjang" karena jika terjatuh, maka telur akan
lebih banyak yang pecah dibandingkan jika ditaruh pada beberapa keranjang jika
keranjang yang lain tidak jatuh.
- 1. Turunnya Nilai Investasi
Risiko
yang paling ditakuti orang ketika berinvestasi umumnya adalah "Apakah uang
saya akan hilang?" Kebanyakan orang mungkin menjawab "tidak"
kalau ditanya seperti itu. Karena tidak ada orang yang mau kehilangan uangnya.
Akan tetapi, setiap investasi pasti ada resikonya. Perbedaannya hanya pada
ukurannya. Ada produk investasi yang risikonya cukup besar, ada yang sedang,
ada yang kecil.
Sekarang
jika Anda berinvestasi, kita harus mempertimbangkan seberapa besar penurunan
nilai yang bersedia Anda tanggung bila Anda mengalami kerugian? 10 persen? 20
persen? 50 persen? Atau 100 persen? Berapapun besar kerugian yang bersedia Anda
tanggung, ingatlah bahwa itu adalah bagian dari berinvestasi. Jangan pernah
mengharapkan Anda akan terus-menerus untung. Yang disebut dengan kerugian,
sesekali memang harus kita alami. Karena dengan adanya kerugian, itu adalah
pengalaman yang membuat kita jadi lebih banyak belajar dalam berinvestasi.
- 2. Sulitnya Produk Investasi itu Dijual
Resiko
kedua yang paling ditakuti orang ketika berinvestasi adalah apakah produk
investasi yang dibelinya itu mudah untuk dijual/diuangkan kembali. Beberapa
orang mungkin senang berinvestasi ke dalam emas karena emas dianggap mudah
dijual kembali. Akan tetapi, ada juga orang yang berinvestasi ke dalam mata
uang dolar Amerika, dan dolar tersebut cepat-cepat dimasukkannya ke bank. Ini
karena bila dolar itu disimpan di lemari, maka kondisi fisik dari kertas
uangnya mungkin akan menurun, dan itu kadang-kadang akan menyulitkan bila suatu
saat dolar itu hendak dijual kembali. Maklum, beberapa bank seringkali tidak
mau menerima atau membeli mata uang asing Anda bila kondisi uang secara fisik
robek, rusak atau kumal.
Contoh
lain dari produk investasi yang tidak selalu mudah untuk dijual kembali adalah
barang-barang koleksi. Barang-barang koleksi umumnya tidak mudah dijual kembali
karena pasar pembeli barang-barang ini sangat spesifik. Lukisan misalnya.
Karena pasarnya yang spesifik, yaitu mereka yang hobi akan lukisan juga, tidak
selalu mudah menjual lukisan. Tapi, sekali terjual, bisa saja harganya sangat
tinggi dan memberikan untung yang lumayan bagi orang yang menjualnya. Jadi,
sebelum Anda memutuskan untuk berinvestasi, sebaiknya ketahui lebih dulu seberapa
mudahnya produk investasi Anda bisa dijual kembali. Jangan sampai Anda
berinvestasi tapi tidak bisa menjualnya, karena barangnya memang sulit dijual.
- 3. Hasil Investasi yang Diberikan Tidak Sebesar Kenaikan Harga Barang
dan Jasa.
Bayangkan
jika Anda berinvestasi di deposito yang memberikan bunga 10 persen setahun,
sedangkan dalam setahun harga barang dan jasa malah naik 15 persen? Hal ini
seringkali terjadi, bukan karena terlalu tingginya kenaikan harga barang dan
jasa, tetapi karena produk yang dipilih itu sendiri belum tentu sesuai.
Mungkin
beberapa dari Anda menginginkan produk investasi yang aman dan konservatif.
Tetapi, konsekuensinya adalah bahwa Hasil Investasi yang didapat mungkin saja
tidak bisa menyamai kenaikan harga barang dan jasa. Kalau itu terus Anda alami
dari tahun ke tahun, maka Anda akan bangkrut.
Apa
yang harus Anda lakukan untuk menghadapi risiko ini? Jangan menutup diri
terhadap informasi. Pelajari produk-produk investasi lain yang mungkin belum
Anda ketahui, dan setelah itu cobalah masuk ke situ dengan mempertimbangkan
segala konsekuensinya. Lama-kelamaan, Anda pasti bisa mengatasi tingginya
kenaikan harga barang dan jasa dengan berinvestasi pada produk yang memang
berpotensi untuk bisa memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding kenaikan
harga barang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar