Kamis, 13 Maret 2014

2.1  Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Struktur Modal
Tujuan  dari  manajemen  keuangan  adalah  memaksimalkan  nilai  perusahaan yang  bergantung  pada  arus  dana  dimasa  datang  dan  tingkat  pendapatan  untuk mengkapitalisasi  arus  dana,  sehingga  perusahaan  diharapkan  dapat  meningkatkan kesejahteraan  para  pemilik  perusahaan.  untuk  dapat  mencapai  tujuan  tersebut diperlukan kebijakan financial yang salah satunya adalah kapitalisasi dan struktur.
Bambang  Riyanto  (2001:  22)  menyatakan  bahwa  “struktur  modal  adalah perbandingan  atau  perimbangan  pendanaan  jangka  panjang  perusahaan  yang ditunjukkan  oleh  perbandingan  utang  jangka  panjang  terhadap  modal  sendiri (longterm debt to equity ratio)“.
Martono  dan  D.  Agus  Harjito  (2002:  240),  menyatakan  bahwa  “struktur modal adalah perbandingan atau perimbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri”.
Susan  Irawati  (2006:15)  menyatakan  bahwa  “Struktur  modal  merupakan susunan  dari  jenis  –  jenis  modal  yang  diperoleh  perusahaan  beserta  jumlah  nilainilainya (dalam satuan uang) dalam bentuk hutang jangka panjang dan modal sendiri sebagaimana tergambar dalam neraca sebelah pasiva pada periode tertentu”.
Sutrisno (2003: 289) menyatakan bahwa “struktur modal merupakan imbangan antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio)”.
Weston  and  Copeland  dalam  Dennis  (2009:15)  menyatakan  bahwa “Struktur  modal  adalah  pencerminan  cara  suatu  perusahaan  untuk  membiayai aktivanya  yang  merupakan  komposisi  datri  sumber  modal  yang  terdiri  dari  hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham ”.
Dari  pengertian-pengertian  diatas,  dapat  disimpulkan  bahwa  struktur  modal  adalah perimbangan atau perbandingan antara hutang (Debt)  dengan modal  sendiri  (Equity) yang digunakan perusahaan untuk membiayai  aktivanya.  Hutang dan modal sendiri mempunyai konsekuensi financial yang berbeda. Oleh karena itu, pihak manajemen harus memahami dengan baik keduanya.
Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih memilki kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (debt financing).
2.1.2        Faktor – Faktor Yang Memperngaruhi Struktur modal
Seperti  yang  telah  diuraikan  sebelumnya,bahwa  struktur  modal  merupakan perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri.  masalah  struktur  modal  merupakan  masalah  yang  penting  bagi  setiap perusahaan  karena  baik  buruknya  struktur  modal  akan  mempunyai  efek  yang langsung terhadap posisi financial perusahaan.
Struktur  modal perusahaan dipengaruhi oleh banyak  faktor, menurut irawati dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :
1.      Tingkat Bunga
Tingkat  bunga mempengaruhi pemilihan  jenis  modal  apa yang akan ditarik,  karena  penarikan  obligasi  (pinjaman)  hanya  dibenarkan  apabila  tingkat bunganya  lebih  rendah dari  pada  rentabilitas ekonomi dari  tambahan  modal  tersebut.
2.      Stabilitas Pendapatan
Suatu  perusahaan  yang  mempunyai  earning  stabil  akan  selalu  dapat  memenuhi  kewajiban  finansialnya  sebagai  akibat  dari  penggunaan  modal asing  dalam  hal  ini  berupa  modal  pinjaman,  sebaliknya  perusahaan  yang mempunyai  earning  ti dak  stabil  akan  menanggung  resiko  tidak  dapat membayar beban bunga dan pokok pinjaman bila keadaan ekonomi buruk.
3.      Susunan dari aktiva
Hal ini dihubungkan dengan adanya aturan struktur financial konservatif yang horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya palingsedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap ditambah dengan aktiva lain yang sifatnya permanen.
4.      Kadar resiko aktiva
Apabila  ada  aktiva  yang  peka  resiko,  maka  perusahaan  harus  lebih  banyak membelanjai  dengan  modal  sendiri,  modal  yang  tahan  resiko,  dan  sedapat mungkin mengutangi pembelanjaan dengan modal asing.
5.      Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan
Apabila  jumlah  modal  yang  dibutuhkan  besar,  maka  perusahaan  dirasakan perlu  untuk  mengeluarkan  beberapa  golongan  securities  secara  bersama  –sama.
6.      Keadaan pasar modal
Perusahaan  dalam  mengeluarkan  atau  menjual  securities  haruslah menyesuaikan dengan keadaan pasar modal.
7.      Sifat manajemen
Seorang  manajer  yang  berani  menanggung  resiko  akan  lebih  berani membiayai  pertumbuhan  usahanya  dengan  menggunakan  dana  yang  berasal dari pinjaman dibandingkan dengan manajer yang pesimis.
8.      Besarnya perusahaan
Perusahaan  yang  besar  dimana  sahamnya  tersebar  sangat  luas  akan  lebih berani  mengeluarkan  saham  baru  dalam  memenuhi  kebutuhan  untukmembiayai  pertumbuhan  usahanya  dibandingkan  dengan  perusahaan  yang kecil. (Irawati 2006: 203)
2.1.3        Pengukuran Struktur Modal
Rasio dalam pengukuran struktur modal digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang di-supply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan.
Dalam  prakteknya,  rasio  ini  dihitung  dengan  dua  cara.  Pertama,  dengan memperhatikan data yang ada di neraca. Kedua, mengukur risiko hutang dari laporan rugi  laba,  yaitu  seberapa banyak beban tetap hutang bisa  ditutup oleh laba operasi.
Kelompok  rasio  ini  bersifat  saling  melengkapi  dan  umumnya  para  analis menggunakan  keduanya.  Analisa  ini  terdiri dari  debt  to equity  ratio,  times interest earned, dan debt service coverage.
a.       Debt to Equity Ratio
Merupakan  rasio  yang  menggambarkan  hutang  dengan  ekuitas  dalam pendanaan  perusahaan  dan  menunjukkan  kemampuan  modal  sendiri perusahaan  tersebut  untuk  memenuhi  kewajibannya.  Debt  to  Equity  Ratio merupakan  salah  satu  rasio  leverage  yang  bertujuan  untuk  mengukur kemampuan  dari  modal  sendiri  yang  dijadikan  jaminan  untuk  keseluruhan hutang perusahaan. adapun rumusnya adalah :

b.      Times Interest Earned
Rasio    Times  Interest  Earned    ditentukan  dengan  membagi  laba  sebelum bunga  dan  pajak  dengan  beban  bunga.  Rasio  ini  mengukur  sejauh  mana pendapatan  perusahaan dapat  boleh  turun  tanpa  mempengaruhi  kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bunga atau beban bunga yang harus ditutup pada  akhir  tahun.  Rasio  ini  dapat  membantu  pemeriksa  untuk  mengetahui kewajaran pembayaran bunga dan beban bunga, baik bunga  afiliasi  maupun buka afiliasi. Rumus rasio ini adalah :


c.       Debt Service Coverage
Adalah  kewajiban  financial  yang  timbul  karena  menggunakan  hutang  tidak hanya karena membayar bunga dan sewa guna (Leasing). Ada juga kewajiban dalam bentuk pembayaran angsuran pokok pinjaman.  Debt Service Coverage (DSC) dirumuskan sebagai berikut :

 2.1.4        Teori – teori yang menyangkut Struktur Modal
1.        Teori Pendekatan Tradisional
Pendekatan  Tradisional  berpendapat  akan  adanya  struktur  modal  yang optimal.  Artinya  Struktur  Modal  mempunyai  pengaruh  terhadap  Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat berubah-ubah  agar bisa  diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2.      Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Dalam  teori  ini  berpendapat  bahwa  Struktur  Modal  tidak  mempengaruhi Perusahaan.  Dalam  hal  ini  telah  dimasukkan  faktor  pajak.  Sehingga  nilai Perusahaan dengan hutang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, Kenaikan tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak.
3.      Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
Teori trade-off  menjelaskan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbnagkan keuntungan pajak dengan biaya tekanan financial (the cost of financial distress) dari penambahan hutang, sehingga biaya dan keuntungan dari penambahan hutang di-trade-off  (saling tukar) satu sama lain (Bringham dan  Gapenski,  1993:  431).  Menurut  teori  trade-off,  setiap  perusahaan harus menerapkan target struktur modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marjinal dari pendanaan dengan hutang , sebab pada posisi itu nilai perusahaan menjadi maksimum. Menurut teori  trade-off,  faktor  –  faktor yang  mempengaruhi  penentuan  target  struktur  modal  optimal  perusahaan adalah  keuntungan  dari  pajak,  biaya  tekanan  financial  (distress  cost),  dan biaya keagenan (agency cost). (Ginting, 2003: 7)
4.      Teori keagenan (Agency Theory)
Menurut Agus Surtono (2001 : 25) masalah keagenan biasanya terjadi  antara manajer  dengan  pemegang  saham  atau  antara  stockholders  dengan debtholders.  Konflik yang sering terjadi pada perusahaan besar adalah antara stockholders  dengan  debtholders.  Kreditur  memiliki  hak  atas  sebagian  laba yang  diperoleh  perusahaan  dan  sebagian  asset  perusahaan  terutama  dalam  kasus kebangkrutan. Sementara itu pemegang saham memegang pengendalian perusahaan  yang  mungkin  akan  sangat  menentukan  profitabilitas  dan  risiko perusahaan menjadi lebih besar dari pada perkiraan kreditur. Kenaikan risiko ini  tentunya  akan  mengakibatkan  tingkat  keuntungan  yang  diisyaratkan  atas hutangdan  akhirnya  mengakibatkan nilai  hutang menurun.  Jika  investasi  ini berhasil,  maka  sebagian  besar  keuntungan  akan  menjadi  hak  pemegang saham,  karena bunga  atas  hutang  bersifat  tetap,  ditentukan  atas  dasar  risiko asset lama. Tetapi jika ekspansi gagal, maka kreditur harus turut menanggung kerugian tersebut.
5.      Pecking Order Theory
Dasar pemikiran pecking order theory didasarkan pada penjelasan berikut ini (Myers, 1984 dalam Iman M., 2006 : 15) :
a.       Para Manajer mengetahui lebih banyak tentang    perusahaan dari pada investor  luar,  namu mereka enggan untuk  menerbitkan  saham  ketika percaya saham mereka adalah undervalued.
b.      Investor memahami bahwa para manajer mengetahui lebih banyak dan mereka mencoba menerbitkan sesuai waktu yang tepat.
c.       Para  manajer  menginterpresentasikan  keputusan  untuk  menerbitkan ekuitas sebagai  bad news,  dan perusahaan dapat menerbitkan ekuitas hanya pada harga discount.
d.      Perusahaan  yang  bekerja  berdasarkan  filosofi  pecking  order  theory dan  membutuhkan  ekuitas  eksternal  kemungkinan  tidak  akan memanfaatkan  kesempatan  investasi  yang  baik,  karena  saham  tidak dapat dijual pada ‘’fair price’’
Menurut  Myers,  perusahaan  lebih  menyukai  pendanaan  dari  modal internal.  Urutan  penggunaan  sumber  dana  dengan  mengacu  pecking order  theory  adalah  internal fund (dana  internal),  debt  (hutang), dan equity (modal sendiri).
6.      Free Cash Flow Theory
Damodaran (1997 : 449) dalam Iman M. (2006 : 14) menjelaskan bahwa : Theory  Free Cash Flow  mengambarkan bahwa arus kas berasal dari operasi dan  penggunaannya  dibawah  kontrol  manajemen  perusahaan,  manajer menggunakan  arus  kas  bebas  untuk  mendanai  proyek,  membayar  dividenkepada pemegang saham atau menahannya sebagai saldo kas.
Theory Free Cash Flow    menyatakan bahwa manajer yang memiliki arus kas yang bebas terlalu banyak (subtansial), akan cenderung melakukan investasi secara  tidak  optimal.  Pada  dasarnya  free  cash  flow  seharusnya  dibayarkan kepada pemegang saham agar mengurangi dana dibawah kontrol manajemen.
Penambahan  hutang  memiliki  komitmen  pembayaran  kembali  bunga  dan pokok  pinjaman  mengurangi  free  cash  flow  dan  mengurangi  kemampuan manajer  untuk  melakukan  pemborosan,  yang  membuat  manajer  menjadi disiplin, sehingga penggunaaan aktiva menjadi lebih produktif.
2.1.5        Profitabilitas Perusahaan
Profitabilitas  adalah  kemampuan  perusahaan  memperoleh  laba  dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998: 130).  Jumlah  laba  bersih  kerap  dibandingkan  dengan  ukuran  kegiatan  atau  kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas  pemegang  saham untuk menilai kinerja  sebagai  suatu  persentase  dari  beberapa  tingkat  aktivitas  atau  investasi Perbandingan  ini  disebut  rasio  profitabilitas  (profitability  ratio).  Berikut  ini  adalah beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah sebagai berikut :
1.      Gross Profit Margin
Rasio  gross  profit  margin  atau  margin  keuntungan  kotor  berguna  untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Gross profit margin  sangat  dipengaruhi  oleh  harga  pokok  penjualan.  Apabila  harga  pokok penjualan  meningkat  maka  gross  profit  margin  akan  menurun,  begitu  pula sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secaraefisien. formula dari Gross Profit Margin adalah

 2.        Net Profit Margin
Net  Profit  Margin  (NPM)  menggambarkan  besarnya  laba  bersih  yang  diperoleh perusahaan  pada  setiap  penjualan  yang  dilakukan.  Dengan  kata  lain  ratio  ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Formulasi dari net profit  margin adalah sebagai berikut:


3.      Return on Investment
Return  on  Investment  atau  return  on  assets  menunjukkan  kemampuan perusahaan  menghasilkan  laba  dari  aktiva  yang  dipergunakan.  Dengan  mengetahui rasio  ini,  akan  dapat  diketahui  apakah  perusahaan  efisien  dalam  memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang  lebih  baik  atas  profitabilitas  perusahaan  karena  menunjukkan  efektifitas manajemen  dalam  menggunakan  aktiva  untuk  memperoleh  pendapatan.  Analisa Return  On  Investment  (ROI)  dalam  analisa  keuangan  mempunyai  arti  yang  sangat penting  sebagai  salah  satu  teknik  analisa  keuangan  yang  bersifat menyeluruh/komprehensif.  Analisa  Return  On  Investment  (ROI)  ini  sudah merupakan  tehnik  analisa  yang  lazim  digunakan  oleh  pimpinan  perusahaan  untuk mengukur  efektivitas  dari  keseluruhan  operasi  perusahaan.  Return  On  Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk  dapat  mengukur  kemampuan  perusahaan  dengan  keseluruhan  dana  yang ditanamkan  dalam  aktiva  yang  digunakan  untuk  operasi  perusahaan  untuk menghasilkan  keuntungan.  Dengan  demikian  Return  On  Investment  (ROI) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income)  dengan  jumlah  investasi  atau  aktiva  yang  digunakan  untuk  menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Net Operating Assets). Sebutan lain untuk ROI adalah “Net Operating profit Rate Of Return”  atau  “Operating Earning Power”  (Munawir, 1995: 89). Formulasi dari return on investment atau ROI adalah sebagai berikut:

4.      Return on Equity
Return on equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh  laba  yang  tersedia  bagi  pemegang  saham  perusahaan  atau  untukmengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal  dari  pemilik.  Rasio  ini  dipengaruhi  oleh  besar  kecilnya  utang  perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Formulasi dari return on equity atau ROE adalah sebagai berikut:

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas :
1.    Profit margin, yaitu perbandingan antara “net operating income’ dengan “Net Sales”.
2.    Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu.
2.2      Penelitian Terdahulu
1.      Penelitian Sumarsono (1999)
Penelitian  sumarsono pada  tahun  1999  mengenai  kasus perusahaan  industry tekstil, garmen, dan produk tekstil lainnya yang sudah go public periode 1993-1997  menemukan  pengaruh  positif  signifikan  antara  variabel  rentabilitas ekonomi  terhadap  modal  sendiri,  sedangkan  variabel  rasio  hutang  dengan modal  sendiri  berpengaruh  negative  signifikan  antara  variabel  rentabilitas ekonomi terhadap rentabilitas modal sendiri.
2.      Penelitian Nakman Harahap (2003)
Penelitian ini didasarkan atas minimnya bukti empiris dua pendapat mengenai struktur  modal.  Menurut  Sartono  (1996)  semakin  besar  penggunaan  hutang dalam  struktur  modal  maka  ROE  suatu  perusahaan  semakin  meningkat, berbeda  dengan  weton  dan  Bringham  (1994)  yang  menyatakan  bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian investasi (profitabilitas) yang tinggi  cenderung  memiliki  hutang  dalam  jumlah  kecil.  Penelitian  ini menggunakan  data  sekunder  dengan  sampel  perusahaan  industry  pulp  and paper  di  BEJ   (1999- 2001).  Hasilnya,  menunjukkan  bahwa  struktur  modal sangat  berpengaruh  terhadap  profitabilitas  karena  struktur  modal  yang digunakan perusahaan untuk operasional menentukan profit yang diinginkan perusahaan.  namun,  hasil  pengujian  hipotesis  tersebut  tidak  menjawab rumusan  masalah  penelitian  yang  ditunjukkan  dengan  tanda  negative  pada koefisien b1 (Y = 0,227- 0,156X)
3.      Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Rio  Bahtian  Sakti  (2002)  dengan  judul “Pengaruh  Struktur  Aktiva,  Ukuran  Perusahaan,  Operating  Leverage, Profitabilitas,  Likuiditas  dan   Pertumbuhan  Perusahaan  terhadap  Struktur Modal  pada  Industri  Dasar  dan  Kimia  di  Bursa  Efek  Jakarta”.
Data  yang digunakan  merupakan  data  periode  tahun  1994-1999.  dalam  penelitiantersebut terbagi 2 periode yaitu periode sebelum krisis moneter (1994-1996) dan periode setelah krisis moneter  (1997-1999). Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Rio ini sebagai variabel independennya adalah tangible assets, size,  operating  leverage,  profitabilitas,  likuiditas,  dan  growth.  Hasil  dari penelitian tersebut adalah pada periode sebelum krisis (1994-1996) terbukti bahwa  size  mempunyai  hubungan  positif  terhadap  struktur  modal  dan likuiditas  mempunyai hubungan negatif terhadap struktur  modal. Sedangkan pada  periode  setelah  krisis  (1997-1999)  terbukti  bahwa  size  mempunyai hubungan  positif  terhadap  struktur  modal,  sedangkan  likuiditas  mempunyai hubungan  negatif  terhadap  struktur  modal.  Dan  hasil  dari  keseluruhan menunjukkan  bahwa  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  struktur  modal pada perusahaan  Industri  Dasar  dan  Kimia  di  Bursa  Efek  Jakarta  pada  masa sebelum krisis moneter (1994-1996) dan sesudah krisis moneter (1997-1999) adalah berbeda. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang pernah dilakukan  oleh  Rio  Bahtian  Sakti  (2002).  Dalam  penelitian  ini,  penulis mencoba  meneliti  kembali  pengaruh  variabel  bebas  yaitu   tangible  assets, size,  operating  leverage,  profitabilitas,  likuiditas,  dan  growth  terhadap struktur modal dengan menggunakan periode tahun yang berbeda yaitu antara tahun 2000-2003. Pengembangan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu  data  dan  sample  penelitian  tidak  sama  dengan  penelitian  sebelumnya karena  sample  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  adalah  sample  pada perusahaan-perusahaan manufaktur, dan periode penelitian antara tahun 2000-2003.  Alasan  dipilihnya  sampel  perusahaan  manufaktur  diharapkan  hasil penelitian  nantinya  mampu  menggambarkan  keadaan  secara  menyeluruh perusahaan yang go public di Indonesia.
4.      Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Sartono  (1999)  dengan  judul  penelitian “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal ” (perusahaan manufaktur di BEJ tahun 1994-1997).
Sartono meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada 61 perusahaan manufaktur yang telah go public di Bursa Efek  Jakarta.  Data  yang  digunakan  merupakan  data  periode  1994-1997, variabel-variabel  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  Debt/total Assets (DTA), Fixed Assets/Total Assets (FTA), Market to Book Ratio (MTB), In Net Sales (InSales),  dan EBIT/Total Assets (ROA), Real Sales Growth Rate (GRS),  dan  Selling Expense/Sales (SES). Hasil penelitian menjelaskan bahwa dalam periode waktu tahun 1994-1997 hanya  faktor  Size, Profitabilitas  dan Growth  yang  terbukti  mempengaruhi  struktur  modal.  Sedangkan  faktor  tangibility  of  assets,  growth  opportunities  dan  uniques  tidak  terbukti mempengaruhi struktur modal.

Hasil  penelitian  Siahaan  Andrew  (2004)  bahwa  variabel  sturktur  modal Debt  to  Asset  Ratio,  Longterm  Debt  to  asset  ratio,  Equity  to  Asset  ratio, berpengaruh  positif  dan  signifikan  terhadap  profitabilitas  perusahaan.  fakta empiris  dapat  terlihat  dari  Adjusted  Square  sebesar  0,388  dan  F-statistik 11,766. Sehingga hal ini mendukung teori tradeoff. Sedangkan variabel bebas yang  paling  dominan  mempengaruhi  struktur  modal  adalah   DAR  (debt  to asset ratio).  Namun, perhitungan statistic penulis menemukan adanya  gejala multikolerasi  yang  sangat  kuat  anatar  EAR  dan  DAR  sehinnga  penulis menghilangkan  salah  satu  variabel  bebas  yaitu  DAR(penulis  memasukkan rasio  EAR  dalam  multiregresi  dan  menghilangkan  DAR).  LDAR  dan  EAR mempunyai pengaruh yang signifikan, namun LDAR  yang paling signifikan yang mempengaruhi ROE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar